Between Love and Hate with Social Media

Update status, nge-twit, upload foto makanan di Instagram. Di mana lagi kamu bisa balas-balas mentionan sama personel One Direction (kalau beruntung)? Kalau bukan lewat social media! Biasanya, kalau sudah begini, pasti orang tua protes, “Main fesbuk mulu, kapan belajarnya?”. Benarkah sering main di social media itu buruk? Cek faktanya di bawah.


Social Media promotes learning

Kabar gembira buat kamu yang suka nge-twit. Penelitian yang dipublikasikan di Educational Forum menyebutkan, murid-murid yang nge-twit memiliki hubungan erat dengan teman-teman sebaya, dan bahkan gurunya, serta memiliki nilai yang lebih tinggi1. Tapi, bukan sembarang nge-twit lho, melainkan nge-twit sebagai bagian dari materi ajar. Yah, mungkin mengajak guru kamu untuk buka kelas di Twitter agak-agak sulit, namun kamu tetap bisa menggunakan Twitter untuk belajar kok. Kerja kelompok di Twitter? Diskusi proyek di Twitter? Be creative, Teens!

Social media promotes fat
Jangan salah, social media juga bisa membawa pengaruh buruk lho! Studi yang dilakukan di University of Ulster, UK menemukan bahwa, semakin lama waktu yang dihabiskan untuk online, semakin sedikit juga waktu yang tersedia untuk dipakai berolahraga. Bahkan, orang yang suka Facebook-an cenderung malas untuk ikut olahraga beregu seperti basket atau sepakbola, lho2!
Bukan, kita bukan nyaranin kamu untuk deactivate akun Facebook atau Twitter-mu. Social media itu, selain ajang untuk eksis, juga ajang untuk belajar banyak hal. Tapi, kalau punya follower seribu di Twitter tapi tubuh gelambir ke samping, tentunya tetap nggak keren, kan? So, sesekali nge-pause main  Twitter lalu seru-seruan bersama teman pastinya tak kalah fun. Apalagi kalau seru-seruannya melibatkan aktivitas seperti bersepeda atau main basket. Setuju?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur-unsur Puisi

Dialek Bahasa Jawa

Praktikum > Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi